Advan – Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, kesuksesan sebuah proyek tidak hanya diukur dari apakah aplikasi berjalan tanpa bug atau tidak. Ada berbagai faktor lain yang menentukan kualitas perangkat lunak, seperti efisiensi pengembangan, stabilitas sistem, dan pengalaman pengguna. Untuk memastikan proyek berjalan sesuai target, diperlukan Key Performance Indicators atau KPI dalam pengembangan perangkat lunak yang dapat mengukur keberhasilan setiap aspek.
Tanpa KPI yang jelas, sulit untuk mengetahui apakah tim pengembang sudah berada di jalur yang tepat atau perlu melakukan perbaikan. Artikel ini akan membahas 10 KPI penting yang harus diukur dalam pengembangan perangkat lunak, mulai dari kecepatan pengembangan hingga kepuasan pengguna.
Mengapa KPI Penting dalam Pengembangan Perangkat Lunak?
KPI adalah metrik yang digunakan untuk menilai efektivitas dan efisiensi proses pengembangan perangkat lunak. Dengan mengukur KPI secara rutin, tim pengembang dapat mengidentifikasi hambatan, meningkatkan produktivitas, dan memastikan perangkat lunak yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Ada banyak jenis KPI yang bisa diterapkan dalam pengembangan perangkat lunak, tergantung pada tujuan dan skala proyek. Berikut adalah 10 KPI utama yang sebaiknya selalu dipantau.
10 KPI dalam Pengembangan Perangkat Lunak
1. Lead Time for Changes
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat perubahan dalam kode, mulai dari tahap pengembangan hingga diterapkan di lingkungan produksi.
Semakin pendek lead time for changes, semakin baik, karena menunjukkan bahwa tim pengembang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan atau permintaan fitur baru. Lead time yang panjang bisa menjadi indikasi adanya hambatan dalam proses pengembangan.
2. Deployment Frequency
Seberapa sering tim pengembang merilis pembaruan atau fitur baru ke produksi.
Dalam metodologi Agile dan DevOps, frekuensi rilis yang tinggi menandakan bahwa tim bekerja secara efisien dan mampu memberikan pembaruan yang berkelanjutan. Jika deployment frequency rendah, bisa jadi ada masalah dalam proses pengujian atau persetujuan rilis.
3. Mean Time to Recovery (MTTR)
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memulihkan sistem setelah terjadi kegagalan.
MTTR yang rendah menunjukkan bahwa tim mampu menangani dan memperbaiki masalah dengan cepat. Sebaliknya, MTTR yang tinggi bisa menandakan bahwa sistem sulit diperbaiki atau tidak memiliki dokumentasi yang memadai.
4. Change Failure Rate
Persentase perubahan kode yang menyebabkan kegagalan atau bug di lingkungan produksi.
Idealnya, change failure rate rendah karena menunjukkan bahwa setiap perubahan telah diuji dengan baik sebelum dirilis. Jika angkanya tinggi, tim pengembang perlu meningkatkan kualitas pengujian dan kode sebelum melakukan rilis.
5. Code Coverage
Persentase kode yang diuji dalam proses automated testing.
Semakin tinggi code coverage, semakin baik kualitas pengujian perangkat lunak. Namun, bukan berarti 100% code coverage adalah keharusan, karena ada bagian kode tertentu yang mungkin tidak perlu diuji secara otomatis.
Baca Juga: 10 Pilihan Pekerjaan dalam Pengembangan Perangkat Lunak
6. Cycle Time
Waktu yang dibutuhkan dari awal pengembangan sebuah fitur hingga fitur tersebut siap digunakan.
Mengukur cycle time membantu tim dalam mengevaluasi efisiensi pengembangan dan mengidentifikasi bottleneck yang memperlambat proses. Jika cycle time terlalu panjang, mungkin ada masalah dalam alur kerja atau hambatan komunikasi di antara tim.
7. Customer Satisfaction Score (CSAT)
Tingkat kepuasan pengguna terhadap perangkat lunak yang dikembangkan.
Salah satu cara terbaik untuk mengukur keberhasilan perangkat lunak adalah dengan mendengarkan pengguna. Menggunakan survei atau alat analitik, tim dapat mengumpulkan umpan balik untuk mengetahui apakah pengguna puas atau ada aspek yang perlu diperbaiki.
8. Application Performance Metrics
Metode untuk mengukur performa aplikasi, seperti waktu muat halaman, respons API, atau konsumsi memori.
Jika aplikasi berjalan lambat atau sering mengalami crash, pengalaman pengguna bisa terganggu. Oleh karena itu, memantau metrik performa sangat penting untuk memastikan perangkat lunak berjalan dengan optimal.
9. Bug Rate
Jumlah bug yang ditemukan selama pengembangan atau setelah rilis.
Tingkat bug yang tinggi menunjukkan bahwa ada masalah dalam kualitas kode atau proses pengujian. Memantau bug rate secara berkala membantu tim dalam meningkatkan stabilitas perangkat lunak dan mengurangi kemungkinan adanya masalah di masa depan.
10. Team Velocity
Seberapa banyak tugas atau story points yang bisa diselesaikan oleh tim dalam satu sprint atau periode pengembangan.
Team velocity yang stabil atau meningkat menunjukkan bahwa tim bekerja dengan baik dan memiliki ritme kerja yang sehat. Jika angka ini menurun, mungkin ada faktor yang mempengaruhi produktivitas, seperti beban kerja yang terlalu tinggi atau kurangnya koordinasi dalam tim.
Menggunakan KPI untuk Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak
Mengukur KPI dalam pengembangan perangkat lunak bukan hanya tentang mengevaluasi kinerja tim, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas perangkat lunak yang dihasilkan. Dengan menggunakan metrik yang tepat, tim pengembang dapat mengidentifikasi masalah lebih awal, mempercepat waktu pengembangan, dan memastikan produk yang dihasilkan memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna.
Untuk mendukung produktivitas dalam pengembangan perangkat lunak, perangkat yang andal juga sangat penting. Gunakan Advan Laptop Workplus AMD Ryzen 5 6600H untuk performa terbaik dalam coding dan pengelolaan proyek teknologi.***
Editor: Mahfida Ustadhatul Umma